Review Buku : Pahami Sebelum Sesali

Waktu itu beli dan diberi bonus handsanitizer :)


Tanggal Terbit    : Maret 2020
ISBN                  : 4151926
Penerbit              : PT. Bintang Indonesia Raya
Jumlah Halaman : 165 halaman
Penilaian Pribadi : 4/5

Sebelum mereview buku Pahami Sebelum Sesali, aku ingin menyapa para pembaca, "Halo! Assalamu'alaikum" dan sedikit curhat. Sudah lama tidak menulis di blog ini. Padahal sudah dari lama pengen banget bisa konsisten menulis. Sepertinya karena aku yang males atau tidak memprioritaskan hehe. Tapi akhirnya hari ini aku menulis lagi dengan mereview buku. Semoga mulai tahun ini aku semakin banyak menulis dan membaca buku untuk menambah wawasan dan tentu saja untuk mereviewnya. Aku berharap apa yang aku tulis bisa bermanfaat bagi banyak orang. Aku ingin sekali bisa menjadi penulis yang kebermanfaatannya meluas serta bisa menginspirasi banyak orang. Doakan ya, kawan. 

Oke, mari kita mulai mereview buku Pahami Sebelum Sesali. 

Buku Pahami Sebelum Sesali ini ditulis oleh pasangan halal yang awalnya memiliki akun instagram @fiqihpernikahan yaitu Nurul Hidayati dan Khasbi Faqih. Instagramnya berisi berbagai hal tentang edukasi pernikahan islami, banyak juga curhatan-curhatan dari para peserta kelas pernikahan yang diadakan, selain itu ada juga para netizen yang tidak segan-segan untuk mengeluarkan uneg-unegnya disana. Kelas pernikahan yang diadakan tersebut bisa diakses di instagramnya yaitu @nikahinstitute. Sehingga isi buku Pahami Sebelum Sesali memang banyak mengandung kisah nyata, cara mengatasi masalah yang bisa terjadi dan pastinya sangat realistis sebab penulis sudah banyak paham mengenai seluk beluk pernikahan, mulai dari hukum islam hingga sisi psikologis, apalagi kaya akan kisah unik pernikahan para pesertanya. Penulis juga tidak bekerja sendiri, dibantu oleh yang berkompeten dibidangnya. Jadi buku Pahami sebelum sesali memang tidak diragukan lagi. Berbeda dengan buku pernikahan yang saya ketahui, bukan hanya sekedar quotes atau kata-kata indah atau bahkan menye-menye, melainkan benar-benar buku yang bisa dipraktekkan dengan bahasa yang santai, ringan dan mudah dimengerti. Tidak hanya untuk yang ingin atau akan menikah, tapi juga untuk yang sudah menikah pun buku ini masih relevan.

Setelah membaca buku ini kita akan terbangun dari mimpi indah tentang pernikahan dan segera sadar akan realita yang ada. Bahwa menikah adalah hal serius yang perlu pertimbangan, sebab kehidupan setelah menikah tidak seenteng kalimat,"Kalau serius, lamar saja. Jika cinta, nikahi segera". Bukan untuk menakuti dan membuat jera, malahan seharusnya membuat kita awas dan lebih mempersiapkan diri. Menikah bukan hal yang main-main, bukan pula semacam pacaran yang kalau ternyata tidak cocok bisa langsung putus. Ada kesiapan yang harus dibangun seperti fisik, mental, spiritual, finansial dan sebagainya. Jadi keputusan untuk menikah, mau menikah muda, menunggu mapan, menunggu untuk selesai sekolah, atau yang lain menjadi tidak masalah. Tentu saja harus tahu dan paham apa saja konsekuensi dari keputusan yang dibuat. Pastinya selalu ada plus dan minusnya dari setiap keputusan. Setelah memahami dengan baik akan konsekuensinya maka harus bisa bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut. Apapun masalahnya nanti terkait keputusan tersebut harus tetap optimis dan bergerak maju. Dalam pengambilan keputusan seperti ini penting sekali untuk mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Memahami diri sendiri ini juga tertuang dalam buku Pahami Sebelum Sesali pada bab 1. 

Bahkan selain problem awal untuk memutuskan menikah cepat atau nanti dulu, masih ada problem lain dikala sudah memiliki calon, memutuskan untuk menerima ataukah menolak. Adanya kelebihan dan kekurangan calon, lalu apakah sekufu (sepadan) ataukah tidak, menjadi pertimbangan lagi dalam hidup dan seringkali menjadi masalah besar dalam mengambil keputusan. Sekufu atau sepadan tidak hanya mengenai agama namun juga status sosial, seperti nasab/keturunan, pekerjaan/kekayaan, kecantikan/ketampanan, lingkungan, dan usia. Bahkan yang seagama saja masih ada kemungkinan untuk tidak sekufu. Kabar baiknya dalam buku Pahami Sebelum Sesali terdapat cara untuk menghadapi pernikahan yang tidak sekufu. Setelah masalah pemilihan calon pasangan, dikala menjelang pernikahan, adanya prosesi nikah menjadi hal yang biasanya harus dimusyawarahkan dengan keluarga sendiri dan keluarga calon pasangan. Hal ini pun kadang menjadi rumit sebab adanya tradisi yang berbeda atau keinginan prosesi nikah yang berbeda-beda. Mungkin kutipan dari buku Pahami Sebelum Sesali berikut akan membantu membuka pemikiran kita terhadap prosesi pernikahan. 
"Jangan sampai terlena memikirkan hiruk pikuk resepsi nikah yang sejatinya cuma babak seremonial, namun lupa mempersiapkan dengan matang apa yang perlu dilakukan setelah prosesi sakral."
Posesi pernikahan pun sudah digelar dan akhirnya sah menjadi pasangan suami istri. Namun kehidupan tidak seperti movie yang kalau sudah menikah dengan pasangan impian akan the end. Kehidupan masih berlangsung dan masalah tidak berhenti disitu. Walaupun sudah mempertimbangkan matang-matang calon yang dipilih, tentunya masih saja ada perbedaan atau hal-hal yang tidak diketahui tentang istri/suami. Menjadi hal yang wajar terjadi sebab lingkungan berkembangnya yang berbeda, apalagi calon yang mungkin tidak terlalu dikenal atau bahkan calon yang saat mengambil keputusan untuk menikahinya dengan nafsu belaka. Ada bab yang membahas tentang hal ini di buku Pahami Sebelum Sesali yaitu bab Pola Kebiasaan Hidup Bukan Soal Salah dan Benar. Ada selipan quote menarik dari buku tersebut yang ingin saya bagikan.
"Siap menikah itu, berarti siap berkompromi dengan perbedaan. Sebab proses pembelajaran seumur hidup itu bernama pernikahan."

Selain yang saya paparkan di atas masih ada banyak pernak-pernik penting lain yang bisa kita pelajari dalam buku Pahami Sebelum Sesali. Intinya, keputusan untuk menikah kapan, dengan siapa, bagaimana nantinya adalah keputusan yang harus dipertimbangkan matang-matang, jangan terbuai oleh nafsu belaka, tapi harus benar-benar diputuskan dengan melibatkan doa, logika dan usaha, usaha bisa dalam bentuk wawasan yang diperoleh melalui buku, kajian, atau pandangan orang lain seperti orang tua atau guru ngaji (ustadz/ustadzah). Dan setelah memutuskan suatu keputusan tersebut, hadapilah dengan penuh tanggung jawab apapun resikonya. Tetaplah berdaya dan terus belajar apapun jalan yang diputuskan. Selamat menempuh ibadah terpanjang bernama pernikahan ! 

O ya, sedikit pendapat lagi dari saya, buku ini menurut saya dititik beratkan untuk edukasi pernikahan secara islami jadi bagi orang-orang yang ingin mencari wawasan mengenai pernikahan yang lebih menitik beratkan kereligiusan akan sangat cocok walaupun di dalamnya terdapat ilmu umum yang semua orang bisa tahu, namun saya rasa akan kurang cocok bagi yang mencari tentang persiapan pernikahan secara umum saja. 

Komentar